Belajar menulis dan membaca Aksara Jawa kini tidak lagi terasa membosankan, apalagi jika dilakukan sambil bermain. Inilah yang coba ditawarkan oleh Tim Grup Riset Kajian Bahasa dan Budaya Jawa serta Pengajarannya, dari Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa, FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), melalui pelatihan kreatif yang digelar di Sanggar Pasinaon Pelangi, Mojosongo, Surakarta beberapa waktu lalu Pelatihan bertajuk “Penggunaan Media Pembelajaran Ular Tangga untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca dan Menulis Aksara Jawa” ini diikuti oleh 35 anak, mulai dari jenjang TK hingga SD.
Tujuannya adalah untuk mengenalkan aksara Jawa melalui pendekatan menyenangkan dan non-digital, yaitu permainan ular tangga yang telah dimodifikasi secara khusus. Dalam permainan ini, setiap kotak papan ular tangga berisi huruf aksara Jawa.
Anak-anak bermain “Dengan pendekatan edutainment seperti ini, anak-anak tidak hanya bermain, tapi juga belajar aktif tanpa tekanan,” ujar ketua tim pelaksana, Dr. Favorita Kurwidaria, M.Hum.
Menurutnya, metode ini sangat cocok untuk mengenalkan aksara yang kian jarang digunakan di kalangan muda.
Salah satu peserta, Lawren (10 tahun), mengungkapkan kegembiraannya, “Aku bisa nulis jenengku nganggo Aksara Jawa. Seneng banget dolanan ular tangga karo sinau bareng kanca-kanca.”
Di akhir kegiatan, para peserta menunjukkan kemampuan menulis nama mereka dengan Aksara Jawa, sebuah bukti bahwa metode ini efektif dan menyenangkan. Para pendamping berharap, metode semacam ini bisa terus dikembangkan dan menjadi bagian rutin dari kegiatan belajar di Sanggar Pelangi. Dengan menggabungkan unsur budaya, literasi, dan permainan, Sanggar Pelangi bersama UNS Surakarta membuktikan bahwa belajar bisa menjadi pengalaman yang penuh makna, seru, dan membumi. (sumber= kilasjateng.id, 21 Mei 2025)

Tim RG Sastra dan Budaya Jawa serta Pengajarannya dari Prodi Pendidikan Bahasa Jawa FKIP UNS melakukan Pengabdian kepada masyarakat hibah grup riset (PKM HGR-UNS) dengan menggelar Pelatihan Tata Krama dan Sopan Santun dalam Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Jawa di Media Sosial di SMP Negeri 2 Surakarta, baru-baru ini.

Ketua pengabdian Dr Djoko Sulaksono MPd menjelaskan jika materi pelatihan diberikan agar para siswa tidak mengalami kekeliruan ketika melakukan komunikasi di media sosial, misalnya ketika mengirim whatsapp ke guru, orang tua, atau teman.

“Jadi melalui pelatihan ini, diharapkan siswa bisa menerapkan Bahasa Jawa dengan tepat dan tidak keliru saat berkomunikasi baik di dunia maya atau kepada guru dan orangtua,” ujarnya dalam rilis yang dikirim, Selasa (27/5/2025).

Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Surakarta Supono SPd MPd menjelaskan jika siswa antusias mengikuti pelatihan ini. “Murid-murid harap mencermati materi pelatihan dengan baik. Penggunaan Bahasa Jawa terkait dengan unggah-ungguh yang dalam penerapannya muncul rasa yang baik,” ujarnya.

Pemateri pelatihan Kusmira Dwi Ayuani SPd MPd menjelaskan jika pihaknya memberikan materi tentang unggah-ungguh bahasa Jawa, bagaimana cara bertutur dengan tingkatan bahasa sesuai konteks. Pemateri yang lain, Rosy Tristanti SPd MPd juga mengungkapkan hal yang sama.

“Kami memberikan materi pelatihan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan, dihindari, dan dijaga ketika bersosial media. Misalnya tidak mengupload data pribadi, tidak menulis status dalam kondisi batin yang sedang emosi,” ujarnya. (sumber= harianmerapi.com, Herbangun Pangarso Aji – Selasa, 27 Mei 2025 | 09:40 WIB)

Di tengah kesibukan perkuliahan, mahasiswa aktif Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa menunjukkan kepedulian yang mendalam terhadap warisan leluhur melalui kegiatan Birawa (Bina Masyarakat Sareng Wibawa). Ini bukan sekadar program biasa, melainkan sebuah aksi nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pengabdian kepada Masyarakat, yang diwujudkan dengan penuh semangat dan cinta pada budaya Jawa.

Birawa lahir dari keinginan tulus untuk mempererat ikatan antara mahasiswa dan masyarakat, sekaligus menjaga api pelestarian budaya Jawa agar tak padam, khususnya di kalangan generasi muda. Fokus utama kegiatan ini adalah anak-anak jenjang SD di Surakarta, di mana anak-anak diajak untuk mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri.

Melalui Birawa, mahasiswa tak hanya sekadar menjalankan tugas, tapi juga secara langsung mengaktualisasikan peran mereka sebagai agen pelestari budaya sekaligus calon pendidik profesional. Mereka mempraktikkan keterampilan mengajar dan mengelola kegiatan edukasi, membimbing anak-anak dengan metode yang menyenangkan, dan menanamkan nilai-nilai budaya sejak dini—sesuai dengan karakter keilmuan di Pendidikan Bahasa Jawa, FKIP UNS. Hubungan yang hangat terjalin antara adik-adik di Surakarta dengan para mahasiswa Pendidikan Bahasa Jawa. Untuk menjalankan misi mulia ini, tim Birawa mengandalkan dukungan dari pengajuan dana kepada Bendahara Umum dan juga inisiatif open donasi yang konsisten dilakukan. Kegiatan ini dilakukan seminggu sekali atau dua minggu sekali. Ini menunjukkan komitmen dan keberlanjutan program dalam mewujudkan mimpi melestarikan budaya Jawa secara berkelanjutan.

Di era teknologi yang terus berkembang pesat ini, keterampilan desain grafis telah menjadi sebuah keharusan, bukan lagi sekadar pilihan. Menyadari urgensi tersebut, Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa mengambil langkah proaktif untuk meningkatkan kapabilitas mahasiswanya dan masyarakat umum dalam bidang ini melalui kegiatan Sekolah Desain.

Program ini secara khusus diadakan untuk membekali para peserta dengan pengetahuan dan kemampuan praktis di bidang desain grafis. Target pesertanya sangat luas, mencakup mahasiswa Pendidikan Bahasa Jawa dan masyarakat umum yang memiliki antusiasme tinggi untuk mengembangkan kreativitas dan kompetensi digital mereka.

Melalui Sekolah Desain, kami berharap setiap peserta, baik mahasiswa maupun masyarakat yang hadir, akan mampu menghasilkan karya desain mereka sendiri. Lebih dari itu, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka secara signifikan di bidang desain. Dengan jumlah peserta mencapai 100 orang, Sekolah Desain menunjukkan antusiasme yang luar biasa. Fleksibilitas juga menjadi salah satu keunggulan program ini, karena diselenggarakan secara online dan offline, yang memungkinkan partisipasi lebih luas dari berbagai kalangan.

Babar Budaya dan Parab Kawi merupakan sebuah kegiatan penting yang dirancang untuk menjembatani dan mendekatkan masyarakat luas dengan kekayaan budaya Jawa yang tak ternilai. Lebih dari sekadar agenda tahunan, kegiatan ini berfungsi sebagai platform komprehensif yang tidak hanya menyuguhkan lomba dan seminar, tetapi juga untuk menyampaikan dan memperkenalkan beragam aspek budaya Jawa kepada khalayak yang lebih luas, menumbuhkan apresiasi yang lebih mendalam.

Fokus utama dari kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan yang mendalam dan komprehensif tentang budaya Jawa. Hal ini dilakukan sembari memperkenalkan peran dan kontribusi Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa kepada publik. Seluruh peserta, yang mencakup baik keluarga besar Pendidikan Bahasa Jawa maupun anggota masyarakat umum, secara aktif diajak untuk menyelami kearifan lokal. Mereka berkesempatan untuk berpartisipasi dalam sesi diskusi yang mencerahkan, berbagi perspektif, serta menguji pemahaman dan keterampilan mereka melalui kompetisi yang dirancang secara menarik dan edukatif. Melalui interaksi inilah, pemahaman dan kecintaan terhadap budaya Jawa diharapkan dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.

Babar Budaya dan Parab Kawi hadir dalam format hybrid, memungkinkan partisipasi luas baik secara online melalui virtual meeting maupun offline. Fleksibilitas ini memastikan bahwa semangat pelestarian budaya dapat menjangkau lebih banyak orang, memperkaya pemahaman dan kecintaan terhadap warisan budaya Jawa kita.